Kamis, 17 Juni 2010

KAMPUNG DAUN

          Liburan sekolah telah tiba, tetapi amat disayangkan ketika anak libur sekolah, eh.....para orang tua masih asyik kerja di kantor, mo ambil cuti kok jatah cutinya sudah habis. Solusinya mending mencari tempat berlibur yang dekat aja, nggak jauh-jauh......ke Bandung. Dari jakarta melalui tol menuju bandung cuma 2 jam, kemudian dilanjutkan ke arah utara menuju lokasi sekitar 45 menit.



           Kebetulan baru-baru ini saya berkesempatan mengunjungi tempat yang menarik yaitu "Kampung Daun" culture galery & cafe, lokasinya di jalan Sersan Bajuri km. 4,7 no.88 RR1 Bandung 40154.



          Disana selain anda bisa berwisata kuliner, anda juga bisa menikmati pesona alamnya. Tepatnya kalau kita berkunjung kesana yang terjadi bukan wisata kuliner tapi wisata suasana. Penataan yang unik, lanscape-nya menghadirkan suasana pedesaan yang sejuk, tenang dan syahdu, cocok juga untuk mereka-mereka yang mendambakan suasana romantis.



           Kampung Daun terletak di antara dua celah lembah yang sempit, yang ditengahnya dialiri sungai kecil dengan pesona air terjun bertingkatnya. Jika ingin memdapatkan suasana yang lebih menakjubkan, saran saya pergilah kesana pada malam hari selepas magrib, anda akan disuguhi suasana romantis dengan ratusan tebaran cahaya lilin dan lentera diseluruh penjuru kawasan. Dari kejauhan bagaikan seribu kunang-kunang. Begitu banyaknya tebaran lilin dan lentera di kegelapan malam, ada di pohon, semak-semak, gazebo sampai di sungai dan air terjun. Heboh!!



          Bagi yang punya hobby fotografi lokasi ini sangat cocok untuk diabadikan. Juga bagi yang narsis jangan lupa bawa camera.



          Saat kita memasuki kawasan kampung daun, kita langsung di suguhi suasana alami pedesaan yang asri; ada sepeda onthel dengan keranjang bambunya, warung yang menjual aneka bumbu dengan perlengkapan masak tradisionilnya dari gerabah, plus kurungan ayam. Tak ketinggalan mbok jamu gendong, tukang gulali, tukang kue pancong dll.



          Di bagian depan kawasan, kalau kita tengok kesebelah kiri, kita akan menemukan toko dengan interior dan exterior khas pedesaan yang menjual aneka produk fashion berserta pernak-pernik lucu. Ada juga galery.
          Oiya kalau kesana, jangan lupa bawa baju hangat karena cuaca disana cukup dingin apalagi jika kesana pada musim hujan. Tetapi biar begitu jangan takut jadi beku karena disana kita bisa menghangatkan tubuh di depan api unggun dekat air terjun, jadi inget waktu camping dulu deh!



          Selama musim piala dunia ada acara nonton bareng di pelataran kawasan dengan TV layar besar, serasa nonton layar tancep. Seruuuu.....apalagi kalo nontonya rame-rame.



          Untuk info harga makanan berkisar antara Rp.5.000,- ke atas. Sebagai contoh:
Hot tea manis Rp.5.000,-, Teh poci Rp.10.000,-, Calamari Rp.35.000,-, Gurame bakar Rp.60.000,-, Soto betawi Rp.30.000,-, Nasi putih Rp.5.000,-, Juice melon Rp.25.000,-, Sekoteng betawi Rp.12.500,-, Tumis genjer Rp.17.500,-, Sop ikan gurame Rp.40.000,-, Nasi bakar sambal belut Rp.38.500,-dll.



          Ok, selamat liburan


note: sorry hasil fotonya kurang bagus nggak sesuai dengan aslinya kalau kesana langsung.

"Kebhinekaan: Sebuah Keniscayaan Bagi Anak Bangsa; tantangan Mempertahankan Kebhinekaan"

        Dari diskusi Pancasila tanggal 7 juni 2010 bertempat di Jakarta Media Center, jalan kebon sirih Jakarta.

        Dewasa ini Pancasila semakin dilupakan, Pancasila hanya dijadikan wacana saja diseminarkan sana-sini di hotel berbintang. Namun diskusi kali ini yang digagas oleh 'komunitas pencinta anand ashram' dengan 4 orang pembicara yaitu; Dr. Abd. Munir Mulkhan, Prof. Dr. Musdah Mulia, Romo Franz Magnis Suseno serta Ida Pedande Sebali, mengajak kita semua untuk menjadikan Pancasila sebagai life style.

      Tidak ada pilihan lain untuk menyelesaikan masalah perpecahan bangsa ini, seluruh elemen bangsa mulai dari grass root sampai level pimpinan bangsa ini, tidak bisa tidak, harus kembali kepada Pancasila sebagai sari pati budaya bangsa. Pancasila merupakan satu-satunya panduan hidup berbangsa dan bernegara yang paling sesuai dengan Indonesia, karena di dalamnya menurut Musdah Mulia terkandung prinsip ke-bhinekaan yaitu;

1. Toleransi.
2. Penghargaan.
3. Pengakuan.
4. Mengasihi.
5. Solidaritas.

       Secara fakta negara kita terdiri dari banyak suku dan keyakinan, jika menginginkan Indonesia yang damai, suka tidak suka kita harus bisa menerima perbedaan itu sebagai suatu karunia yang indah, bukannya malah menjauhkan satu sama lain. Tidak bisa kita memaksakan kehendak bahwa Indonesia harus menjadi negara berdasarkan agama tertentu saja, dengan budaya importnya entah itu budaya barat, cina, india maupun arab. Budaya kita, ya Pancasila!

       Kita semua harus menjadi bangsa yang percaya diri, tidak perlu mengganti budaya lokal dengan budaya asing, Indonesia mempunyai keunikan dan ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Hal inilah yang bisa menjadikan Indonesia menjadi bangsa yang besar, asalkan kita mau menjadikan Pancasila sebagai life style, sehingga negara menjadi damai, masing-masing orang bisa mengembangkan potensinya dengan tenang serta menyumbangkan hasil karyanya bagi kemajuan Indonesia. Jika Indonesia maju kita sendirilah yang akan memperoleh manfaatnya, namun jika Indonesia penuh konflik kita sendirilah yang susah.

       Jadi, yuk......sama-sama mulai saat ini jadikan Pancasila sebagai life style, apapun suku kita, apapun agama kita, kita bersaudara.
       Hayoooo....ngacung siapa yang nggak pengen Indonesia damai? Mending.....kelaut aje!!!!